Hetifah Soroti Rasa Aman dan Kemudahan Bepergian untuk Pemulihan Sektor Pariwisata
Ketua Panitia Kerja (Panja) Pemulihan Pariwisata Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian. Foto Jaka/Man
Pemerintah akan membuka secara bertahap sejumlah kawasan pariwisata. Hal itu dilakukan sebagai upaya dimulainya aktivitas berbasis ekonomi dan konservasi di tengah pandemik Covid-19. Ketua Panitia Kerja (Panja) Pemulihan Pariwisata Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengatakan pembukaan kawasan pariwisata harus disiapkan secara terukur dengan memperhatikan kenyamanan, rasa aman, sehat dan nyaman.
“Fokus kita pada penguatan penerapan protokol kesehatan. karena penerapan protokol yang longgar malah menimbulkan rasa tidak aman, sehingga jumlah wisatawan menurun," kata Hetifah saat memimpin RDPU Panja Pemulihan Pariwisata dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), dan Perkumpulan Pengemudi Pariwisata Indonesia (PEPARINDO), beberapa waktu yang lalu.
Selain penguatan penerapan protokol kesehatan, yang menjadi sorotan Hetifah ialah jasa transportasi. Menurut legislator F-Golkar itu, Pemerintah perlu membuat kebijakan transportasi untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Bidang Destinasi PHRI, Albert Zhang menyatakan mayoritas pengunjung destinasi 10 Bali Baru adalah wisatawan Nusantara.
"Oleh karena itu, pemulihan sektor pariwisata sebaiknya didukung dengan kebijakan yang memudahkan perjalanan turis domestik. Hal ini mengingat salah satu indikator rasa aman untuk kembali berwisata adalah tidak ada travel ban ke destinasi yang dituju,” papar pria yang juga merangkap founder Traveloka ini.
Selain itu, perwakilan KADIN Kosmian Pudjiadi mengatakan, pihaknya juga menyoroti tiket yang mahal membuat pelaku pariwisata gelisah. “Stimulus ekonomi pada jasa transportasi harus diberikan. Dukungan kebijakan transportasi juga perlu dibuat semudah-mudahnya,” imbuhnya. Senada dengan Kosmian, N. Rosmiati mewakili ASITA menambahkan “Tiket flight saat ini mahal sekali,” kritiknya. (rnm/sf)